Pejabat AS Usulkan Pembagian Wilayah Ukraina Seperti Berlin Pasca-Perang Dunia II
WASHINGTON – Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengusulkan pemecahan wilayah Ukraina sebagai solusi untuk mengakhiri konflik berkepanjangan dengan Rusia. Ia membandingkan rencana tersebut dengan pembagian Berlin pasca-Perang Dunia II.
"Situasinya bisa dibuat menyerupai Berlin setelah Perang Dunia II, di mana terdapat zona kendali Rusia, Prancis, Inggris, dan Amerika," ujar Kellogg dalam wawancara dengan The Times, dikutip oleh kantor berita Rusia, TASS.
Usulan Zona Pengaruh: Inggris dan Prancis di Barat, Rusia di Timur
Dalam skenario tersebut, Kellogg menyarankan agar Inggris dan Prancis mengambil alih zona kendali di wilayah barat Ukraina. Mereka akan membentuk apa yang disebut sebagai "pasukan penjamin keamanan" (reassurance force) untuk mencegah konflik bersenjata kembali pecah.
Sementara itu, wilayah timur Ukraina tetap dikendalikan oleh Rusia—sesuai dengan situasi de facto sejak awal invasi pada 2022.
Kellogg juga menambahkan bahwa pasukan Ukraina akan ditempatkan di antara kedua kekuatan untuk menjaga stabilitas. Ia menyarankan pembentukan zona demiliterisasi di sepanjang garis kontrol saat ini.
"Amerika Serikat tidak akan mengirimkan pasukan darat dalam skenario ini," tegas Kellogg.
Zona Barat Tak Akan Memprovokasi Rusia
Kellogg menekankan bahwa pasukan Inggris dan Prancis di wilayah barat Sungai Dnieper tidak akan bertujuan memprovokasi Rusia. Menurutnya, Ukraina memiliki wilayah cukup luas untuk memungkinkan pembagian zona yang menjaga perdamaian dan mengupayakan gencatan senjata jangka panjang.
"Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan kekuatan yang bisa mencegah konflik kembali memanas," katanya.
Rusia Menolak Kehadiran NATO di Ukraina
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Maret lalu menyatakan bahwa kehadiran pasukan NATO dalam bentuk apa pun di wilayah Ukraina akan dianggap sebagai ancaman langsung terhadap Rusia.
"Moskow tidak akan menerima kehadiran militer NATO di tanah Ukraina dalam kondisi apa pun," ujar Lavrov.