Kebijakan Presiden Donald Trump melarang Harvard menerima mahasiswa asing berdampak luas, termasuk pada Putri Belgia dan anak Perdana Menteri Kanada. Mahasiswa asing rugi besar secara ekonomi dan akademik.
Cambridge, Massachusetts – Harvard University menghadapi guncangan besar setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mencabut izin universitas elite ini untuk menerima mahasiswa internasional. Kebijakan tersebut diumumkan pada Kamis (22/05/2025), memaksa ribuan pelajar asing mencari kampus baru atau keluar dari Amerika Serikat.
Di antara mereka yang terdampak langsung adalah Cleo Carney, putri Perdana Menteri Kanada Mark Carney, dan Putri Elisabeth, pewaris takhta Kerajaan Belgia. Keduanya tengah menjalani studi di Harvard dan kini status pendidikannya terancam.
Mahasiswa Elit Dunia Ikut Terdampak
Cleo Carney tercatat sebagai mahasiswa sarjana di bidang efisiensi sumber daya, sementara Putri Elisabeth sedang menempuh program magister kebijakan publik di Harvard Kennedy School. Istana Kerajaan Belgia menyatakan bahwa sang putri masih menunggu kejelasan mengenai kelanjutan studinya.
"Kami sedang mencermati situasinya untuk mengetahui dampaknya terhadap Putri," ujar Xavier Baert, Kepala Komunikasi Istana.
Dominasi Mahasiswa India dan China
Menurut laporan Open Doors 2024, lebih dari 1,1 juta mahasiswa internasional belajar di Amerika Serikat pada tahun akademik 2023–2024. India mengirimkan lebih dari 331.000 pelajar, disusul China dengan lebih dari 277.000 mahasiswa. Keduanya mewakili lebih dari separuh populasi pelajar asing di AS.
Dampak Ekonomi dan Akademik
Menurut NAFSA, mahasiswa internasional berkontribusi sebesar USD 43,8 miliar terhadap perekonomian AS dan menciptakan lebih dari 378.000 lapangan kerja. Direktur Eksekutif NAFSA, Fanta Aw, memperingatkan bahwa kebijakan seperti ini bisa merugikan inovasi, riset, dan daya saing Amerika secara global.
"Kita tidak boleh kehilangan kontribusi mereka dalam bidang STEM, ekonomi, dan pengembangan komunitas akademik kita," tegas Fanta.
Harvard Kehilangan Identitas Global?
Leo Gerdén, mahasiswa asal Swedia, menyayangkan kebijakan ini karena mengancam keberagaman dan reputasi Harvard sebagai universitas global.
"Tanpa pelajar internasional, Harvard bukanlah Harvard," tegasnya.