Iran Dalam Tekanan: Ayatollah Khamenei Hadapi Krisis Terbesar Sepanjang Pemerintahannya

Ayatollah Khamenei kini menghadapi ancaman terbesar dalam masa kepemimpinannya. Serangan Israel dan gejolak internal menggoyang pilar kekuasaan Republik Islam Iran.


Teheran – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, tengah menghadapi ancaman paling serius sejak menjabat lebih dari tiga dekade lalu. Israel, musuh bebuyutannya, berhasil menembus sistem pertahanan udara Iran dan melancarkan serangan udara langsung ke pusat-pusat militer dan fasilitas nuklir negara itu.

Ancaman Langsung ke Khamenei

Kondisi ini kian memburuk dengan pernyataan keras dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang menyebut bahwa Khamenei tak seharusnya terus berkuasa. Isu keselamatan pribadi Khamenei pun mulai mencuat di tengah eskalasi konflik Israel-Iran.

Kini, pemimpin berusia 86 tahun itu berada di persimpangan sulit: melanjutkan perlawanan bersenjata yang bisa memicu kehancuran lebih lanjut, atau memilih jalur diplomasi yang berisiko menanggalkan program nuklir Iran.

Dalam pidato videonya pada Rabu (18/6/2025), Khamenei menyatakan, "Bangsa Iran tidak akan menyerah." Ia juga memperingatkan bahwa campur tangan Amerika Serikat akan membawa konsekuensi besar bagi Washington.

Dari Ulama Biasa ke Penguasa Tertinggi

Khamenei diangkat menjadi Pemimpin Tertinggi Iran pada 1989 menggantikan pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Meski awalnya diragukan karena hanya ulama tingkat menengah, ia berhasil membentuk ulang struktur kekuasaan negara.

Ia memperkuat dominasi ulama Syiah dan menjadikan Garda Revolusi sebagai kekuatan militer, ekonomi, hingga intelijen. Sayap internasionalnya, Pasukan Quds, membangun jaringan "Poros Perlawanan" dari Yaman hingga Lebanon.

Hadapi Gejolak Internal

Tak hanya dari luar, Khamenei juga kerap menghadapi tantangan besar dari dalam negeri. Protes besar pada 2009, 2017, 2019, hingga 2022 mengguncang Iran. Tuntutan reformasi, transparansi, dan hak-hak sipil terus bergema.

Meski aksi dibungkam lewat kekuatan aparat, ratusan korban jiwa, serta laporan penyiksaan dan pelanggaran HAM, ketidakpuasan publik terhadap korupsi dan krisis ekonomi kian menguat. Sebagai respons, pemerintah beberapa kali melonggarkan aturan sosial untuk meredam gejolak.

Membangun Kekuatan Regional

Selama pemerintahannya, Khamenei sukses mengubah Iran menjadi kekuatan regional. Invasi AS ke Irak tahun 2003 menjadi momentum besar yang memperkuat pengaruh Iran di Timur Tengah, dari Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, hingga Yaman.

Poros Perlawanan di Ambang Runtuh

Namun, sejak 2023, dominasi Iran mulai goyah. Serangan besar Hamas ke Israel memicu balasan brutal, Hizbullah dibombardir di Lebanon, dan Suriah kehilangan sekutunya saat Bashar Assad digulingkan pada Desember 2024. Pemerintahan baru di Damaskus kini memusuhi Iran dan Hizbullah.

Jaringan Poros Perlawanan yang dahulu solid, kini rapuh. Khamenei kini menghadapi pilihan terberat: mempertahankan garis keras atau mengambil kompromi politik yang selama ini selalu ia tolak.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
SPONSOR

Tokopedia - Exclusive Launch Festival Diskon s.d. 90%