Presiden Prabowo menyoroti ketimpangan kekayaan di Indonesia dalam forum SPIEF 2025. Meski ekonomi tumbuh, kekayaan tetap dikuasai oleh minoritas.
Saint Petersburg – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan keprihatinannya terhadap distribusi kekayaan yang timpang di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil. Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum ekonomi internasional St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia, Sabtu (21/6).
Ekonomi Tumbuh, Tapi Hasil Tak Merata
Menurut Prabowo, meskipun dalam tujuh tahun terakhir ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 5 persen per tahun atau total 35 persen, pertumbuhan ini belum memberikan dampak yang merata bagi seluruh rakyat. Ia menekankan bahwa kekayaan nasional masih terpusat di kalangan atas yang hanya mewakili kurang dari 1 persen populasi.
"Pertumbuhan ekonomi sebesar itu belum menciptakan efek sebar (trickle-down effect). Kekayaan tetap terkonsentrasi di bawah 1 persen penduduk. Ini bukan resep keberhasilan yang kita butuhkan," ujar Prabowo.
Butuh Pendekatan Ekonomi yang Mandiri
Dalam pidatonya, Prabowo menekankan pentingnya pendekatan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bangsa. Ia menyayangkan kecenderungan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang terlalu mengikuti kekuatan ekonomi global tanpa mempertimbangkan karakteristik lokal.
"Kita sering terlalu mudah mengikuti arus neoliberalisme dan kapitalisme pasar bebas yang cenderung ‘laissez-faire’. Akibatnya, kita gagal menciptakan kesetaraan dalam akses ekonomi bagi seluruh warga negara," katanya.
Kelola Sumber Daya Secara Bijak
Prabowo juga menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijak. Ia menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia yang besar—dari hutan, tambang, hingga komoditas strategis dunia—bisa menjadi anugerah atau kutukan, tergantung pada bagaimana dikelola.
"Tuhan memberi kita kekayaan alam yang luar biasa. Tapi kalau salah urus, semua itu justru bisa menyengsarakan rakyat. Kita perlu kebijakan ekonomi yang adil, mandiri, dan sesuai jati diri bangsa," tegasnya.