Investor Global Ramai-Ramai Jual Obligasi AS, Tanda Kepercayaan Dunia Mulai Rontok?

 


Investor Global Ramai-Ramai Jual Obligasi AS, Tanda Kepercayaan Dunia Mulai Rontok?

New York – Para investor global mulai menarik diri dari pasar obligasi Amerika Serikat (US Treasury), di tengah gejolak pasar keuangan internasional. Fenomena ini mengkhawatirkan karena biasanya, dalam situasi krisis, US Treasury dianggap sebagai aset paling aman dan stabil. Namun kini, banyak investor justru memilih untuk menjualnya.

Dilansir dari Associated Press, Sabtu (12/5/2025), kenaikan imbal hasil (yield) obligasi bahkan tidak mampu menarik minat beli investor. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kepercayaan terhadap Amerika Serikat sebagai negara dengan sistem keuangan stabil mulai goyah.

“Kekhawatiran utamanya adalah AS mulai kehilangan status sebagai tempat berlindung yang aman,” ujar George Cipolloni, Manajer Investasi di Penn Mutual Asset Management.

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Pada pekan lalu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun masih berada di level 4,01 persen. Namun pada Jumat (11/4/2025), yield sempat melonjak ke angka 4,58 persen sebelum turun kembali ke kisaran 4,50 persen. Kenaikan ini sangat signifikan untuk pasar obligasi, yang biasanya bergerak dalam skala kecil.

Obligasi negara umumnya menjadi pilihan saat pasar saham turun karena berperan sebagai penyeimbang portofolio. Namun kondisi saat ini berbeda. Penjualan obligasi justru terjadi bersamaan dengan kekhawatiran pasar saham, membuat banyak analis bingung.

Jack McIntyre, Manajer Portofolio di Brandywine Global menyebut situasi ini sebagai “tidak normal”, dan menyoroti adanya kecemasan mendalam di kalangan pelaku pasar.

Penyebab Utama Aksi Jual

Salah satu pemicu lonjakan imbal hasil adalah data sentimen konsumen AS yang mengecewakan, termasuk ekspektasi inflasi yang lebih tinggi ke depan. Namun, masalah yang lebih besar adalah ketidakpastian kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump, termasuk rencana tarif dan kebijakan fiskal yang dianggap tidak konsisten.

Sarah Bianchi dari Evercore ISI menyebut bahwa gejolak ini merupakan “krisis kepercayaan terhadap Amerika Serikat.” Menurutnya, bahkan jika kebijakan tarif dibatalkan, masalah kepercayaan tetap tidak akan pulih sepenuhnya.

“Kami tidak yakin ada kebijakan Trump yang cukup untuk menghentikan ‘pendarahan’ di pasar obligasi,” ujarnya.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mencoba meredakan kekhawatiran dengan mengatakan bahwa lonjakan yield belum terlalu mengkhawatirkan. Ia menyebut situasi ini sebagai proses normal deleveraging oleh investor yang terlalu banyak meminjam dana.

Presiden Trump pun menyatakan bahwa pasar obligasi masih “berjalan baik” dan bahwa ia telah menangani masalah ini dengan cepat.

Dampak Langsung bagi Ekonomi

Kenaikan yield obligasi berdampak langsung pada kenaikan suku bunga pinjaman, termasuk untuk KPR dan kredit lainnya. Hal ini bisa mengurangi daya beli konsumen dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Perusahaan juga akan menghadapi biaya pinjaman lebih tinggi, yang bisa berujung pada pemangkasan tenaga kerja atau kenaikan harga produk.

Selain itu, beban bunga utang negara yang terus meningkat akan membebani anggaran pemerintah AS, berdampak pada kebijakan fiskal jangka panjang.

Siapa yang Bisa Menjual Obligasi?

Beberapa analis berspekulasi bahwa China, sebagai salah satu pemegang terbesar US Treasury, mungkin sedang menjual sebagian asetnya sebagai bentuk tekanan balik terhadap kebijakan AS. Namun langkah ini dianggap tidak rasional karena juga dapat merugikan ekonomi China sendiri.

Skenario lainnya adalah strategi hedge fund yang disebut basis trade gagal, memicu likuidasi besar-besaran. Ketika pinjaman ditarik, mereka terpaksa menjual obligasi Treasury, menyebabkan harga turun dan yield naik.

Mike Arone dari State Street Global Advisors menegaskan, masalah utamanya tetap pada menurunnya kepercayaan internasional terhadap stabilitas AS.

“Jika US Treasury bukan lagi tempat aman untuk menyimpan dana, ke mana investor harus pergi? Tidak ada alternatif obligasi lain yang lebih likuid,” tambah Brian Rehling dari Wells Fargo Investment Institute.

Penutup

Pasar obligasi AS selama ini dikenal sebagai barometer stabilitas ekonomi global. Namun gejolak saat ini menunjukkan perubahan sentimen mendalam terhadap posisi AS di mata investor internasional. Jika tren ini terus berlanjut, bukan hanya pasar keuangan yang terguncang, tapi juga kredibilitas ekonomi AS di panggung dunia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
SPONSOR

Tokopedia - Exclusive Launch Festival Diskon s.d. 90%