Pemerintah Indonesia aktif mencari mitra strategis untuk membangun industri semikonduktor nasional, meski tantangan skala keekonomian masih besar.
Pengembangan industri semikonduktor, Pemerintah bangun semikonduktor nasional, Tantangan investasi semikonduktor
Jakarta — Pemerintah Indonesia kembali mendorong pengembangan industri semikonduktor nasional dengan mencari mitra strategis baru. Langkah ini menjadi angin segar bagi industri pengguna, meskipun tantangan skala keekonomian tetap besar.
Sekjen Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman, mengatakan pengembangan ekosistem semikonduktor di dalam negeri dapat mempercepat waktu produksi industri pengguna. "Lead time akan lebih pendek dibanding saat ini yang mayoritas mengandalkan pasokan dari China, Malaysia, Korea, Jepang, dan Taiwan," ujar Daniel, Jumat (26/4/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor semikonduktor di bawah kode HS 8541 mencapai US$362,7 juta pada 2023, naik dua kali lipat dibandingkan 2022.
Meski prospek positif, pelaku industri elektronik mengkhawatirkan besarnya investasi pembangunan pabrik semikonduktor, yang bisa mencapai US$20-30 miliar. "Kekhawatiran kami adalah apakah pasar domestik mampu menyerap produksi dengan harga kompetitif," tambah Daniel.
Tekno Wibowo dari PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) juga mengungkapkan tantangan tersebut. Ia menegaskan bahwa saat ini Polytron fokus pada riset dan pengembangan SDM, karena membangun pabrik cip membutuhkan dana sangat besar.
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menegaskan komitmennya membangun peta jalan industri semikonduktor 2025-2045. Menurut Asisten Deputi Atong Soekirman, pemerintah menggandeng sektor otomotif, peralatan rumah tangga, dan kesehatan untuk memperkuat permintaan domestik.
Selain itu, kerja sama dengan Belanda juga tengah dimatangkan untuk mendukung pembangunan industri ini. Pemerintah memandang penting kemandirian semikonduktor, terutama dalam menghadapi ketidakpastian global dan perang dagang.
Dukungan juga datang dari industri otomotif nasional. Sekum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyatakan kesiapan sektor otomotif untuk mendukung program ini, mengingat pentingnya chip dalam kendaraan modern.
Menurut laporan McKinsey, permintaan global semikonduktor diperkirakan mencapai US$1 triliun pada 2030, didominasi oleh sektor data center, komunikasi nirkabel, dan otomotif. Untuk mendukung target ini, Indonesia menargetkan produksi 600.000 unit EV dan lebih dari 40 juta unit ponsel serta tablet.
Namun, ketergantungan Indonesia terhadap impor semikonduktor masih tinggi, dengan proyeksi impor mencapai US$22,31 miliar pada 2045.