China dan Indonesia meluncurkan laboratorium riset bersama untuk mencetak 3.000 paten global dan melatih 10.000 tenaga ahli hingga 2030 dalam inisiatif Belt and Road.
BEIJING – Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global pertama tentang Pembangunan Berkualitas Tinggi "Belt and Road", China dan Indonesia resmi meluncurkan Laboratorium Riset Bersama. Proyek ini melibatkan kolaborasi strategis antara perusahaan daur ulang terbesar di China, GEM, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Central South University (CSU). Selain itu, turut diluncurkan Akademi Metalurgi Masa Depan GEM-Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
Kolaborasi Strategis China-Indonesia
Laboratorium ini dirancang untuk memperkuat pengembangan teknologi dan mencetak talenta baru di bidang energi dan metalurgi. Dua proyek unggulan GEM juga diumumkan sebagai contoh kolaborasi teknologi dan budaya di bawah platform aksi Belt and Road.
Menurut Profesor Xu Kaihua, Pendiri dan Ketua GEM Group, kerja sama ini dilandasi nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) dan menjadi bukti nyata kerja sama terbuka antara kedua negara. “Ini adalah pencapaian luar biasa yang akan membentuk masa depan industri global,” ujar Xu dalam forum yang digelar United Nations Global Compact (UNGC) bersama Pemerintah Indonesia.
Sistem Inovasi Tiga Tingkat
Laboratorium ini akan menerapkan sistem riset berjenjang—mulai dari skala kecil, menengah, hingga uji coba. Fokus utamanya adalah pengembangan teknologi metalurgi dan energi baru. Xu yakin, dari laboratorium ini akan lahir inovasi yang langsung bisa diterapkan ke pasar, sekaligus mencetak lebih banyak doktor untuk mendukung industri energi global.
Target Ambisius Hingga 2030
Kolaborasi ini menetapkan tiga target besar:
- Menghasilkan lebih dari 100 inovasi dan 500 paten per tahun, dengan target total 3.000 paten global hingga 2030.
- Melahirkan SDM unggul melalui pelatihan 100 doktor teknik, 1.000 master, dan 10.000 tenaga teknis profesional guna mendukung Visi Indonesia Emas 2045.
- Menyediakan solusi energi hijau dan pembangunan berkelanjutan untuk negara-negara dalam inisiatif Belt and Road.
Akademi Metalurgi Masa Depan
Profesor Widya, Rektor UNU Yogyakarta, menyatakan bahwa Akademi Metalurgi Masa Depan akan menjadi pusat unggulan dalam pendidikan, riset, dan kebijakan metalurgi basah. Ia percaya akademi ini akan melahirkan generasi ahli yang mendorong pertumbuhan industri global.
Rektor ITB, Profesor Tatacipta, juga mengapresiasi dukungan dari Xu dan GEM. Ia menilai laboratorium ini sebagai lompatan besar bagi ITB dalam bidang material dan energi.
Menuju Kolaborasi Universitas dan Industri
Proyek ini diharapkan menjadi model kemitraan antara universitas dan industri dalam kerangka Belt and Road, sekaligus membuka peluang besar bagi riset dan pengembangan teknologi berkelanjutan.