Pemerintah Indonesia resmi stop impor beras, jagung, dan gula hingga 2026. Swasembada makin nyata berkat stok dalam negeri yang melimpah dan dukungan kebijakan strategis.
JAKARTA – Pemerintah Indonesia memastikan bahwa impor beras, jagung, dan gula tidak akan dilakukan selama periode 2025 hingga 2026. Kebijakan ini diambil karena ketersediaan ketiga komoditas tersebut sudah mencukupi dari dalam negeri.
Panen Raya Jadi Penopang Utama
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa musim panen raya di berbagai daerah telah menjamin pasokan cukup untuk kebutuhan nasional. “Insya Allah, tidak akan ada impor lagi untuk beras dan jagung,” ujar Zulhas saat melepas peserta Jelajah Daulat Pangan di Wisma Bisnis Indonesia.
Jagung Surplus, Harga Masih Terkendali
Produksi jagung nasional diprediksi mencapai 20,48 juta ton hingga akhir 2025. Dengan kebutuhan sebesar 14,85 juta ton, maka akan ada kelebihan stok sekitar 5,63 juta ton. Pemerintah juga terus menjaga harga di tingkat petani agar tetap kompetitif, yaitu Rp5.500 per kilogram.
Stok Beras Capai Rekor Tertinggi
Untuk beras, pasokan dalam negeri melimpah. Bulog telah mengamankan 3,9 juta ton beras hingga Mei 2025. Bahkan, diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 4 juta ton dalam 15–20 hari ke depan. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut angka ini sebagai stok tertinggi selama 57 tahun terakhir.
Target Swasembada Pangan 2026-2027
Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui kebijakan penghentian impor sebagai bagian dari target swasembada pangan nasional. Pengamat dari Core Indonesia, Eliza Mardian, menyebut Indonesia telah memenuhi definisi swasembada menurut FAO karena 90% kebutuhan pangan dipasok dari petani lokal.
Namun, ia mengingatkan bahwa keberlanjutan adalah kunci. Pemerintah diminta memastikan mitigasi perubahan iklim dan memperbaiki infrastruktur irigasi. Selain itu, penggunaan varietas unggul dan pendampingan intensif bagi petani juga sangat penting.
Dampak Positif ke Ekonomi
Meskipun penerimaan bea masuk turun 1,9% akibat nihilnya impor beras, jagung, dan gula, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menilai ini sebagai tanda positif dari ketahanan pasokan domestik. Di sisi lain, penerimaan bea keluar naik drastis 95,9%, didorong oleh harga ekspor CPO yang melonjak.
Kementerian Keuangan mencatat bahwa penerimaan bea masuk mencapai Rp15,4 triliun hingga April 2025, sedangkan bea keluar menyumbang Rp11,3 triliun. Angka ini menunjukkan kontribusi sektor pertanian tidak hanya dalam menjaga pangan, tapi juga terhadap pendapatan negara.
Produksi Pangan Terus Meningkat
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras pada Januari–Juni 2025 mencapai 18,76 juta ton, naik 11,17% dari periode yang sama tahun lalu. Produksi jagung pipilan juga diproyeksikan naik 12,88% menjadi 10,91 juta ton dari sebelumnya 9,67 juta ton.