Kasus Covid-19 kembali melonjak di Singapura dan Hong Kong akibat penurunan imunitas dan minimnya vaksinasi penguat, bukan varian baru.
Singapura – Dalam beberapa pekan terakhir, Singapura dan Hong Kong mencatat lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa Singapura mencatat sekitar 3.100 kasus dalam sepekan hingga 3 Mei 2025. Sementara itu, Hong Kong melaporkan kenaikan persentase sampel pernapasan positif dari 6,21% menjadi 13,66%, disertai 31 kematian akibat Covid-19.
Gelombang Kedua di Asia Mulai Terjadi
Otoritas kesehatan dari kedua negara menyebut lonjakan ini sebagai bagian dari gelombang kedua Covid-19 yang diperkirakan akan melanda wilayah Asia sepanjang tahun 2025.
Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, lonjakan tidak disebabkan oleh varian baru yang lebih ganas, melainkan oleh penurunan imunitas masyarakat. Terutama, banyak warga lanjut usia yang belum menerima dosis vaksin tambahan.
Imunitas Menurun Jadi Faktor Utama
Pemerintah Singapura menegaskan bahwa varian yang beredar saat ini tidak lebih menular atau mematikan dibanding varian sebelumnya. Namun, menurunnya kekebalan populasi seiring waktu menjadi pemicu meningkatnya angka infeksi.
Kemenkes juga menyampaikan bahwa vaksinasi penguat (booster) sangat penting, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan mereka dengan komorbiditas.
Virus Menyebar di Musim Panas
Berbeda dengan virus pernapasan lainnya yang biasanya aktif di musim dingin, Covid-19 justru menunjukkan lonjakan pada musim panas. Ini menunjukkan bahwa virus tetap bisa menyebar aktif tanpa tergantung musim.
Data dari Wilayah Asia Lain
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengungkap bahwa gelombang infeksi diperkirakan mencapai puncaknya pada musim panas 2025. Dalam lima minggu hingga 4 Mei, jumlah tes positif di rumah sakit China meningkat lebih dari dua kali lipat.
Thailand juga mengalami peningkatan kasus usai perayaan Songkran pada April 2025, dengan laporan dua klaster baru Covid-19.