Ketegangan India-Pakistan meningkat usai serangan di Kashmir, ribuan warga dipulangkan dan militer siaga menghadapi ancaman konflik.
Islamabad – Ketegangan meningkat di Asia Selatan setelah lebih dari 1.700 warga Pakistan dan India kembali ke negara masing-masing di tengah ancaman konflik bersenjata pasca serangan mematikan di Kashmir yang dikuasai India. Insiden ini mendorong puluhan keluarga untuk meninggalkan wilayah perbatasan dan memicu peringatan perang dari pejabat tinggi kedua negara.
Sejak 22 April 2025, sekitar 750 pemegang paspor Pakistan menyeberang kembali ke negaranya, sementara lebih dari 1.000 warga India meninggalkan Pakistan. Batas waktu bagi warga Pakistan yang tinggal di India tanpa visa medis telah berakhir pada Minggu, namun banyak yang masih berusaha menyeberang melalui pos perbatasan Attari di negara bagian Punjab.
Beberapa di antaranya dideportasi, termasuk wanita yang datang setelah puluhan tahun untuk mengunjungi keluarga, serta pasien lanjut usia yang berharap mendapatkan perawatan medis. Salah satunya, Sara Khan, terpaksa kembali ke Pakistan bersama bayinya yang baru lahir tanpa suaminya yang berkewarganegaraan India.
"Saya bahkan tidak sempat pulih setelah operasi caesar. Mereka menyuruh saya pergi meski visa saya berlaku hingga Juli 2026," ungkapnya.
Ketegangan memuncak setelah penembakan di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir, yang menewaskan 26 orang, sebagian besar turis India. Laporan menyebutkan pelaku menargetkan pria Hindu, sementara korban tewas juga termasuk warga Nepal dan seorang pemandu lokal Muslim.
Merespons insiden ini, Menteri Penerangan Pakistan, Attaullah Tarar, menuding India berencana melakukan serangan militer dalam 24–36 jam, menggunakan serangan Pahalgam sebagai alasan. Ia memperingatkan bahwa setiap bentuk agresi akan dibalas dengan keras.
Sementara itu, Pakistan mengklaim telah menembak jatuh drone India dan menuduh New Delhi melanggar perjanjian Sungai Indus. India belum memberikan tanggapan.
Pasukan India juga melaporkan baku tembak di sepanjang Garis Kontrol di Kashmir. Militer menyatakan merespons dengan "disiplin dan efektif" meskipun belum ada laporan korban jiwa.
India menutup lebih dari separuh destinasi wisata di Kashmir sejak serangan terjadi. Di sisi lain, Pakistan telah memperkuat militernya di perbatasan dan menegaskan hanya akan menggunakan senjata nuklir jika ada ancaman nyata terhadap keberadaannya.
Perdana Menteri India Narendra Modi mempercepat kepulangannya dari kunjungan resmi ke Arab Saudi untuk menangani krisis ini secara langsung dari New Delhi.