Simon Tahamata resmi jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia. Mantan legenda Ajax tinggalkan "cinta sejatinya" demi bantu Indonesia menuju Piala Dunia.
Jakarta – PSSI resmi menunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia. Langkah strategis ini diambil untuk memperkuat pembinaan pemain muda jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan membangun fondasi jangka panjang sepak bola nasional.
Misi Besar untuk Bakat Muda Indonesia
Dalam peran barunya, Simon akan bertugas mencari dan merekrut talenta terbaik dari dalam negeri maupun diaspora Indonesia, khususnya yang berada di Belanda. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan, pengalaman Simon sebagai pelatih pemain muda menjadi nilai tambah besar bagi timnas.
“Simon membawa pengalaman dan visi yang luar biasa. Ia akan menjadi bagian penting dari perjalanan timnas menuju panggung dunia,” ujar Erick.
Kerja Sama dengan Kluivert dan Staf Timnas
Simon menyambut baik kepercayaan dari PSSI. Ia menyatakan antusiasmenya untuk bekerja sama dengan pelatih kepala Patrick Kluivert dan tim pelatih lainnya.
“Saya menantikan kolaborasi dengan Coach Kluivert dan staf teknis. Terima kasih atas sambutan hangatnya,” ucap Simon.
Mengucap Selamat Tinggal pada Ajax
Penunjukan ini juga menandai akhir dari hubungan panjang Simon dengan Ajax Amsterdam. Media Belanda Voetbal International menulis bahwa Simon telah “menutup pintu untuk cinta sejatinya” demi mengemban tanggung jawab baru bersama PSSI.
Simon pernah menjadi pemain andalan Ajax dengan lebih dari 100 penampilan, memenangi tiga gelar Liga Belanda. Setelah pensiun, ia melatih akademi Ajax dalam dua periode dan mendirikan akademi sepak bolanya sendiri di Berlin—yang justru menjadi awal keretakan hubungannya dengan klub tersebut.
Pada Maret 2024, Ajax memberikan penghormatan terakhir kepada Simon di Stadion Johan Cruyff. Ia menyapa para fans dengan penuh haru, dan spanduk bertuliskan “Oom Simon, Terima Kasih” membentang di tribun stadion.
Karier Panjang di Belanda dan Belgia
Selain di Ajax, Simon juga pernah membela Standard Liege dan Feyenoord, serta menutup kariernya di Germinal Ekeren. Ia dikenal sebagai legenda sepak bola Belanda berdarah Indonesia yang kini memilih membaktikan diri untuk tanah leluhurnya.